Tan Malaka Tokoh Revolusioner dan Bapak Republik yang Terlupakan

0
Tan Malaka Tokoh Revolusioner dan Bapak Republik yang Terlupakan

Ketika membicarakan sejarah kemerdekaan Indonesia, nama seperti Soekarno, Hatta, dan Sjahrir sering muncul di permukaan. Namun ada satu tokoh penting yang perannya begitu besar, tetapi kerap luput dari perhatian yaitu Tan Malaka. Ia dikenal sebagai seorang revolusioner, pemikir, pejuang kemerdekaan, sekaligus disebut sebagai Bapak Republik Indonesia.

Tan Malaka bukan hanya seorang politikus, tetapi juga seorang intelektual yang pemikirannya jauh melampaui zamannya. Gagasan dan perjuangannya menginspirasi banyak generasi, meski hidupnya penuh kontroversi dan berakhir tragis.

Siapa Tan Malaka

Tan Malaka lahir pada 2 Juni 1897 di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatra Barat. Nama aslinya adalah Sutan Ibrahim, namun ia lebih dikenal dengan nama Tan Malaka. Berasal dari keluarga sederhana, sejak kecil ia dikenal cerdas dan rajin belajar. Setelah menempuh pendidikan guru di Belanda, ia kemudian menjadi sosok intelektual yang aktif dalam pergerakan anti-kolonial.

Kecintaannya pada bangsa dan tanah air membawanya terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, meski ia lebih sering hidup dalam pelarian, penjara, dan pengasingan.

Perjuangan Politik Tan Malaka

Tan Malaka memandang bahwa kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan perjuangan rakyat yang bersatu. Ia sempat bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), bahkan aktif dalam gerakan komunis internasional (Komintern). Namun seiring waktu, ia memilih jalannya sendiri dan mendirikan organisasi PARI (Partai Republik Indonesia) pada 1927.

Berbeda dengan sebagian tokoh yang lebih mengutamakan diplomasi, Tan Malaka menekankan pentingnya persatuan seluruh elemen bangsa tanpa melihat ideologi, untuk mencapai kemerdekaan. Pemikirannya banyak tertuang dalam tulisan-tulisannya, salah satunya buku terkenal berjudul Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang menjadi warisan intelektual berharga hingga kini.

Julukan Bapak Republik

Tan Malaka mendapat julukan Bapak Republik karena ia termasuk tokoh pertama yang menegaskan pentingnya mendirikan Republik Indonesia. Jauh sebelum proklamasi kemerdekaan 1945, Tan Malaka sudah menulis dan menyuarakan ide tentang republik yang berdaulat, bukan kerajaan atau bentuk pemerintahan lain.

Baca juga  Pulau Socotra Permata Biologi dan Galapagos Samudra Hindia

Meski begitu, posisinya sering berada di luar arus utama politik. Pemikirannya dianggap radikal oleh Belanda dan bahkan oleh sebagian elite Indonesia pada zamannya. Namun tanpa sosok seperti Tan Malaka, wacana republik mungkin tidak akan muncul seawal itu dalam sejarah perjuangan bangsa.

Kehidupan yang Tragis

Perjalanan hidup Tan Malaka penuh pengorbanan. Ia pernah diasingkan ke berbagai negara, termasuk Belanda, Jerman, Filipina, hingga Tiongkok. Di tanah air sendiri, ia juga sering dipenjara karena pemikirannya dianggap mengganggu status quo.

Yang paling tragis, pada 21 Februari 1949 Tan Malaka dieksekusi mati oleh tentara Divisi Siliwangi di Kediri, Jawa Timur. Ironisnya, eksekusi itu dilakukan bukan oleh penjajah, melainkan oleh bangsanya sendiri. Hingga kini, peristiwa itu masih menjadi bagian kelam dalam sejarah Indonesia.

Warisan Pemikiran Tan Malaka

Meski wafat dengan cara tragis, pemikiran Tan Malaka tetap hidup dan relevan. Beberapa warisan pemikirannya yang penting antara lain:

  • Madilog → buku ini mengajarkan pola pikir rasional, ilmiah, dan logis dalam melihat persoalan masyarakat.
  • Persatuan Nasional → gagasannya menekankan pentingnya seluruh elemen bangsa bersatu tanpa memandang ideologi.
  • Republik sebagai bentuk negara ideal → jauh sebelum kemerdekaan, ia sudah menekankan bahwa republik adalah bentuk pemerintahan terbaik bagi Indonesia.

Kesimpulan

Tan Malaka adalah tokoh revolusioner sekaligus intelektual besar Indonesia yang perjuangannya kerap terlupakan. Ia rela berkelana, dipenjara, bahkan mati demi gagasan kemerdekaan yang ia yakini. Julukan Bapak Republik pantas disandangnya karena ia adalah salah satu pionir ide tentang Republik Indonesia.

Meski hidupnya berakhir tragis, warisan pemikirannya tetap relevan hingga kini. Dari Tan Malaka, generasi muda bisa belajar arti konsistensi, keberanian berpikir berbeda, serta keteguhan memperjuangkan cita-cita bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *