Tradisi Suku Sasak di Desa Sade dan Desa Ende
Suku Sasak adalah suku asli yang mendiami Pulau Lombok dan hingga kini tetap menjaga berbagai tradisi turun-temurun yang sarat makna. Dua desa adat yang paling terkenal sebagai pusat pelestarian budaya Sasak adalah Desa Sade dan Desa Ende. Keduanya berada di wilayah Lombok Tengah dan menjadi tujuan utama wisata budaya karena masih mempertahankan tradisi, arsitektur, serta pola hidup yang sangat khas.
Desa Sade sebagai Penjaga Tradisi Leluhur
Desa Sade dikenal sebagai desa adat yang sudah ada lebih dari 15 generasi. Penduduknya masih hidup dalam nuansa tradisional dengan rumah-rumah beratap alang-alang dan dinding anyaman bambu. Salah satu keunikan yang paling terkenal dari Desa Sade adalah kebiasaan mengepel lantai rumah menggunakan kotoran kerbau. Cara ini dipercaya dapat membuat lantai lebih kokoh, harum alami, dan bebas dari serangga.
Selain itu, para perempuan di Desa Sade wajib memiliki keterampilan menenun sejak usia dini. Bagi masyarakat setempat, seorang perempuan belum dianggap dewasa atau siap menikah apabila belum bisa menenun. Kain hasil tenunan memiliki motif khas seperti subahnale, ragi genap, dan motif flora-geometris yang menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat Sasak.
Tradisi yang tidak kalah menarik adalah upacara pernikahan. Dalam tradisi Sasak, proses pernikahan sering diawali dengan merariq yaitu prosesi membawa lari calon pengantin perempuan dengan cara terhormat dan atas persetujuan kedua pihak. Setelah itu, keluarga akan mengadakan mediasi yang disebut selabar untuk menegaskan pernikahan secara adat.
Desa Ende dengan Kekayaan Budaya yang Natural

Desa Ende memiliki karakter hampir serupa dengan Desa Sade, namun suasananya lebih sunyi dan sederhana. Banyak wisatawan menyebutnya sebagai desa adat yang benar-benar terasa alami karena tidak terlalu ramai dan tetap mempertahankan pola hidup tradisional tanpa banyak sentuhan modern.
Rumah-rumah di Desa Ende dibangun dengan bahan alami seperti kayu, bambu, dan alang-alang. Bentuk rumahnya cenderung lebih kecil namun tetap memancarkan identitas kuat suku Sasak. Desa ini juga mempertahankan tradisi menenun sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Beberapa motif yang dibuat di Desa Ende berbeda nuansa warnanya karena sebagian dibuat menggunakan pewarna alami dari daun, akar, dan kulit kayu.
Salah satu kegiatan yang paling disukai wisatawan adalah menonton pertunjukan presean. Presean adalah tradisi adu ketangkasan antara dua laki-laki Sasak yang menggunakan penjalin dan ende sebagai alat untuk bertarung. Walaupun terlihat keras, presean sebenarnya simbol keberanian dan sportivitas. Setiap gerakan dilakukan dengan aturan dan diawasi oleh wasit adat yang disebut pakembar.
Kehidupan Sosial dan Nilai Filosofis
Baik Desa Sade maupun Desa Ende memiliki nilai sosial yang sangat kuat. Masyarakatnya hidup dengan prinsip kebersamaan dan gotong royong. Setiap kegiatan adat dilakukan secara kolektif, mulai dari membangun rumah, persiapan upacara adat, hingga penyambutan tamu yang datang berkunjung.
Tradisi spiritual juga masih dijaga dengan kuat. Masyarakat Sasak memadukan kepercayaan Islam dengan adat lokal yang disebut Wetu Telu. Wetu Telu mengajarkan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Nilai ini kemudian tercermin dalam cara mereka bertani, merawat lingkungan, hingga tata cara adat dalam kehidupan sehari-hari.
Pesona yang Menarik Wisatawan

Kedua desa adat ini menjadi daya tarik wisata budaya yang istimewa di Pulau Lombok. Wisatawan dapat melihat langsung proses menenun, kehidupan rumah adat, hingga berbagai ritual tradisional. Para pengunjung juga bisa membeli kain tenun asli yang dibuat langsung oleh perempuan desa, sehingga pengalaman budaya yang dirasakan menjadi lebih personal dan autentik.
Selain budaya, keramahan masyarakat Sasak membuat para wisatawan merasa diterima dan dihargai. Masyarakat Desa Sade dan Desa Ende sangat terbuka terhadap pengunjung, namun tetap menjaga batas-batas adat agar budaya mereka tidak hilang.
Penutup
Desa Sade dan Desa Ende merupakan bukti nyata bahwa tradisi bisa bertahan meskipun dunia terus berubah. Kehidupan masyarakat Sasak yang sederhana tetapi penuh nilai membuat kedua desa ini memiliki daya tarik mendalam. Bukan sekadar objek wisata, tetapi tempat belajar tentang budaya, kearifan lokal, dan cara hidup yang menghargai alam serta kebersamaan.
Jika berkunjung ke Lombok, mengunjungi kedua desa adat ini adalah pengalaman yang tidak boleh dilewatkan. Di sinilah budaya Sasak hidup, tumbuh, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
